Organisasi
dan Metode "Dinamika Konflik" Softskill (Minggu 7-8)
Softskill
(Minggu 7-8)
Dinamika Konflik
Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan
atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Timbulnya konflik atau
pertentangan dalam organisasi, merupakan suatu kelanjutan dari adanya
komunikasi dan informasi yang tidak menemui sasarannya. Konflik dilatar
belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang di bawa individu dalam suatu interaksi.
Jenis-Jenis Konflik
Adapun mengenai jenis-jenis konflik, dikelompokkan
sebagai berikut :
Person rile conflict : konflik peranan yang
terjadi didalam diri seseorang.
Inter rule conflict : konflik
antar peranan, yaitu persoalan timbul karena satu orang menjabat satu atau lebih fungsi yang saling bertentangan.
Intersender conflict : konflik yang
timbuk karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang.
Intrasender conflict : konflik yang timbul karena disampaikannya informasi
yang saling bertentangan.
Selain pembagian jenis konflik di atas masih ada
pembagian jenis konflik yang dibedakan menurut pihak-pihak yang saling
bertentangan, yaitu :
Konflik dalam diri individu
Konflik antar individu
Konflik antar individu dan kelompok
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang
sama
Konflik antar organisasi
Individu-individu dalam organisasi mempunyai banyak
tekanan pengoperasian organisasional yang menyebabkan konflik. Secara lebih
konseptual litteral mengemukakan empat penyebab konflik organisasional, yaitu :
Suatu situasi dimana tujuan-tujuan tidak
sesuai
Keberadaan peralatan-peralatan yang tidak
cocok atau alokasi-alokasi sumber daya yang tidak sesuai
Suatu masalah yang tidak tepatan status
Perbedaan
presepsi
Didalam organisasi terdapat empat bidang
structural, dan dibidang itulah konflik sering terjadi, yaitu :
-
Konflik hirarkis adalah konflik
antar berbagai tingkatan organisasi
-
Konflik fungsionala adalah konflik antar berbagai departemen fungsional
organisasi
-
Konflik lini-staf adalah konflik antara lini dan staf
-
Konflik formal informal adalah konflik antara organisasi formal dan
organisasi informal.
Secara tradisional pendekatan terhadap konflik
organisasional adalah sangat sederhana dan optimistik. Pendekatan tersebut
didasarkan atas tiga anggapan, yaitu :
-
Konflik dapat di hindarkan
-
Konflik diakibatkan oleh para pembuat masalah, pengacau dan primadona
Bentuk-bentuk
wewenang legalistic
Korban
diterima sebagai hal yang tak dapat dielakkan
Apabila keadaan tidak saling mengerti serta situasi
penilaian terhadap perbedaan antar anggota organisasi itu makin parah sehingga
konsesus sulit dicapai, sehingga konflik tak terelakkan. Dalam hal ini pimpinan
dapat melakukan berbagai tindakan tetapi harus melihat situasi dan kondisinya,
yaitu :
-
Menggunakan kekuasaan
-
Konfrontasi
-
Kompromi
-
Menghaluskan situasi
-
Mengundurkan diri
Bila dilihat sekilas sepertinya konflik itu sangat
sulit untuk dihindari dan diselesaikan, tetapi dalam hal ini jangan beranggapan
bahwa dengan adanya konflik berarti organisasi tersebut telah gagal. Karena
bagaimanapun sulitnya suatu konflik pasti dapat diselesaikan oleh para anggota
dengan melihat persoalan serta mendudukannya pada proporsi yang wajar.
Sumber-Sumber
Konflik
a.
Kebutuhan untuk membagi (sumber
daya-sumber daya) yang terbatas
b.
Perbedaan-perbedaan dalam berbagai
tujuan
c.
Saling ketergantungan dalam
kegiata-kegiatan kerja
d.
Perbedaan nilai-nilai atau presepsi
e.
Kemandirian organisasional
f.
Gaya-gaya individual
Strategi
Penyelesaian Konflik
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat
konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi
untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal. Namun bila
konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu diturunkan
intensitasnya, antara lain dengan cara :
1.
Mempertegas atau menciptakan tujuan
bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit
kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
2.
Meminimalkan kondisi
ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit
kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau
lebih unit kerja.
3.
Memperbesar sumber-sumber organisasi
seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi
kebutuhan semua unit kerja.
4.
Membentuk forum bersama untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih
membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar
kepentingan yang sama.
5.
Membentuk sistem banding, dimana konflik
diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat
keputusan.
6.
Pelembagaan kewenangan formal, sehingga
wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat
mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7.
Meningkatkan intensitas interaksi antar
unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak
berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami
kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
8.
Me-redesign kriteria evaluasi dengan
cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable
dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
Ada tiga metode penyelesaian konflik yang sering
digunakan, yaitu dominasi atau penekanan, kompromi, dan pemecahan masalah
integratif.
Dominasi
atau penekanan. Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
1.
Kekerasan (forcing) yang bersifat
penekanan otokratik.
2.
Penenangan (smoothing), merupakan cara
yang lebih diplomatis.
3.
Penghindaran (avoidance) dimana manajer
menghindar untuk mengambil posisi yang tegas.
4.
Aturan mayoritas (majority rule),
mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan pemungutan
suara (voting) melalui prosedur yang adil.
Kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik
melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai.
Bentuk- bentuk kompromi meliputi:
Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati
seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa
dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan
menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses
untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia
telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan
ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu
sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan
dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status
ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat
di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi
seperti status ataupun kompensasi.
Teori- Teori Motivasi
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para
ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya
manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat
pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori
kebutuhan,teori penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori penetapan sasaran.
Kesimpulan:
Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan
atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Adapun mengenai jenis-jenis konflik,
dikelompokkan sebagai berikut :
-
Person rile conflict
-
Inter rule conflict
-
Intersender conflict
-
Intrasender conflict
Individu-individu
dalam organisasi mempunyai banyak tekanan pengoperasian organisasional yang
menyebabkan konflik
Sumber:
www.google.com